Tarawih Pertama, Semua Kenangan Masa Kecilmu Terulang
![]() |
ilustrasi Ramadhan/sifathlist |
Marhaban Ya Ramadhan 1440 H
Wah
Alhamdulillah kembali bertemu dengan bulan penuh ampunan dan keberkahan ini.
Semua umat muslim di seluruh dunia, menyambut dengan sangat bahagia. Karena
kita semua bisa melakukan ibadah puasa wajib selama satu bulan penuh kemudian
akan diakhiri dengan hari kemenangan yakni Idul fitri.
Ramadhan
atau bulan puasa, akan banyak kegiatan positif yang tidak ditemukan selain di
bulan ini. Salah satunya salat Tarawih. Tidak asing kan, dengan Tarawih ini.
Kamu tim 11 rakaat atau 23 rakaat nih? iya tim mana pun semua benar dan kamu
jangan sampai absen yah (kecuali bagi wanita yang sedang haid atau yang sedang
sakit). Tarawih ini memang salat sunah, tapi akan mendapat ganjaran seperti
salat wajib. Jadi jangan disiasiakan ya.
Tarawih
pertama saya tahun ini di kampung halaman, dimana saya dilahirkan dan
dibesarkan. Musala Baitussalam, adalah tempat kami beribadah menjalankan salat
tarawih. Saya yakin di suluruh musala atau masjid di hari tarawih pertama shaf
full dan meluber. Ya semoga akan tetap seperti itu hingga akhir Ramadhan. Aamiin.
Ketika
Ramadhan tiba, begitu banyak kenangan masa kecil yang muncul tiba-tiba. Ibarat
kita sedang menyaksiakan kelakuan nakal, kekonyolan, kejahilan kita saat itu.
Hal itu begitu sangat mendamaikan, siapapun anak kecil yang tengah melakukan
kenakalan tetiba otak berimajinasi bahwa yang melakukan kenakalan itu adalah
teman (kecil) kita, yang entah sekarang di mana. Wah sedih sih kalau
membandingkan kebersamaan saat kecil dan sekarang, sangat beda. Dulu kita
saling ejek, saling jail, saling menyalahkan, saling bantu. Tapi hari ini,
posisi mereka di mana saja tidak tahu.
Malam
tadi, Musala Baitussalam full dan meluber ke halaman tetangga. Jamaah dari usia
dini, remaja, dewasa hingga lanjut usia bersatu dalam satu komando sang imam.
Imam, tahun ini pun tidak berubah, masih sama seperti belasan tahun lalu.
Kenapa saya sebut belasan bukan puluhan? Karena terhitung ketika saya mulai
mengaji belajar huruf hijaiyah di sana. Kita adalah tim 23 rakaat dengan
kekuatan dan kecepatan bacaan yang super. Ya begitu cepat.
Diawali
dengan salat fardhu Isya, kemudian bacaan
bilal yang mana selalu diawali oleh Abah (ayah) saya setiap tahunnya
dengan suaranya yang melengking dan kadang bikin kaget sekampung dan salat
tarawih di mulai. Saat itu saya berada di shaf di halaman mushala bergabung
dengan anak laki-laki (ikhwan depan, akhwat belakang) sehingga saya paham betul
ketika perlahan saya mengamati kelakukan mereka, sama seperti kita (angkatan
saya) dulu. Pasti kamu masih ingat ketika menghitung jumlah rakaat salat
tarawih. “eh ini rakaat berapa? Ehh ini salatnya berapa lagi?” yang paling
keren saat itu adalah teman saya, yang rajin membuat penghitungan di tembok
mushola dengan pencil yang dibawanya. Itu kegiatan rutin lho, hahaha.
![]() |
ilustrasi/sifathlist |
Bedanya Anak laki-laki dengan Perempuan
Perempuan
biasanya bisa main cantik alias bisa ngibulin para jamaah dewasa. Iya pasti
namanya anak-anak jiwa nakal, konyol, ingin bermainnya selalu ada. Jadi saat
itu, saya dan geng ( yang kini entah mereka di mana), rajin salat tarawih dan
mencari tempat terjauh dari jangkauan Ibu Ibu. Terus salatnya diseling gitu, satu
niat salat ikut salat kemudian duduk, salat lagi duduk lagi sampai akhir. Terus
enggak berisik, walaupun kita full ngobrol selama tarawih karena bisik bisik. Salat
pun kadang saling senggol ketika sujud, dan lebih nakalnya lagi kita salat udah
kaya piknik, ya bawa jajanan begitu banyak. Ada lotek asem atau lotek kangkung,
kerupuk sambel, gorengan, es sisri, dan lainnya.
Sedangkan
tim laki-laki ini, yang selalu jadi biang masalah dan bikin semua orang tua
marah-marah. Gimana enggak marah, orang lagi khusuk khusuknya mereka main-main,
saling jenggung, saling pukul, saling injek sejadah, ngobrol keras keras,
ketawa, jailin temen di shaf depan, lari-lari dan masih banyak lainnya deh.
Jadi pasti mereka setiap kali tarawih kena semprot dan tau enggak nama orang
tua anaknya pun ikut disebut-sebut, hahaha.
Walaupun
kami (angkatan dulu) sering diomelin, dibentak, diusir dari musala, kadang
dicubit, tapi kita enggak kapok. Jadi ibadahnya konsisten terus dikerjakan dan
nakalnya berdampingan. Tapi semua harus tahu, mereka yang dulunya nakal nakal
ini aka nada masanya menjadi anak yang soleh, baik, dan menjadi contoh di
masyarakat. Hebat. Iya teman-temanku banyak yang gitu (hayo siapa yan dulu
nakal sekarang jadi anak baik dan panutan) saya rindu kalian lho, wkwkwkwk ini
mah beneran bukan mengada-ngada.
Berburu Tanda Tangan Ustad atau Iman
Tarawih
Selepas
salat dan doa, anak-anak langsung mukul bedug dengan penuh semangat dan suka
cita. Yang skillnya bagus dalam memukul pasti akan selalu dicari, kalau yang
masih di bawah level biasanya mereka jadi tukang kecrek (mukul drum bedug secara
beramai-ramai. Kemudian ketika smeua orang sudah selesai bersalaman, anak-anak
sekolah yang mendapatkan buku Ramadhan akan berlari berebut tanda tangan iman
salat. Ini asyik lho, karena bisa saat itu bisa sambil lirik-lirik anak cewek
atau cowok hahaha.
Nah,
tim pemburu tanda tangan pun ada tiga versi yakni si rajin yang selalu antre
dengan tertib, si licik yang suka ngantre dua kali biar dapat tanda tangan dua
dalam satu hari, dan si malas yang sukanya nitip tanda tangan padahal dia
enggak salat tarawih. Kalau saya pernah berada di ketiganya, rajin, licik, dan
malas.
Lomba Tadarus Al Quran dan Rebutan
Mic Musala
Kalau
di kampung saya, setelah salat Tarawih, pulang ke rumah terus langsung ke
musala lagi untuk tadarus atau mengaji al quran menggunakan mic (microfon) yang terdengar
sekampung bahkan ke tetangga kampung. Alhamdulillah semua percaya diri sampai
berebut mic. Siapa cepat dia dapat, tapi semua bergilir. Kita mengaji selepas
tarawih hingga menjelang makan sahur.
Setelah
kebagian ngaji menggunakan mic langsung pindah ke pojokan buat ngelanjuti satu
lembar lagi kemudian sisanya ngobrol hingga malam bahkan sampai aa orang tua
yang menjemput dan menyuruh pulang dengan dalih nanti kesiangan sahurnya. Tapi
kalau saya enggak pernah dicari sih atau
Abah sampe nyuruh pulang, bahwkan kita pernah nyaris sampai sahur di musala,
sambil nahan kantuk dan kadang duduk sambil merem.
Ngobrog atau Ngebangunin Warga Buat
Makan Sahur
Ini
sih tim laki-laki ya, karena kalau cewek enggak ada yang ikut. Mungkin karena
terlalu malam dan pasti enggak dapat izin buat ikut ngobrog. Bagi saya ngobrog
ini suatu seni yang hanya ada saat Ramadhan. Bedug yang dipukul dan diiringi
kecrek dan lagu membangunkan warga “sahur sahur dug dug dug” sanagt
ditunggu-tunggu. Selain untuk membangunkan juga sebagai hiburan anak-anak yang
tengah semangat bangun untuk makan sahur. Jadi saya sering buka gorden atau
keluar buat lihat mereka ngobrog.
Kalau
sekarang, begitu banyak perbedaan sebetulnya. Mulai dari aturan dari kampung
yang menyebutkan tadarus menggunakan mic hanya samapai pukul 00.00 WIB. Bahkan
dua tahun lalu ketika saya masih aktif tadarus hanya kuat sampai pukul 23.00
WIB setelah itu musala sepi dan sudah gelap. Kemudian dengar-dengar tidak boleh
ngobrog menggunakan bedug. Entah apa alasannya mereka melarang, padahal itu
adalah satu seni yang hanya hadir saat Ramadhan saja. Jadi mereka yang hendak
ngobrog harus menggunakan alat kesenian lain seperti gitar, ukulele, gendang
buatan, alat rebana dan lainnya.
0 komentar