Kerasukan Saat KKN, Tiba-Tiba Perempuan Tua Datang di Depan Mata
August 25, 2019![]() |
Sumedang/sifathlist |
Kuliah
Kerja Nyata (KKN), salah satu kegiatan baru bagi seorang mahasiswa yang duduk
di semester 4 hingga 7. Sebuah kegiatan pengabdian dan penyaluran ilmu pengetahuan
di lingkungan masyarakat.
KKN
ini bukan sekedar seru-seruan dengan teman baru dari berbagai prodi dan
masyarakat setempat, melainkan soal pengalaman dan kebermanfaatan kita di
lingkungan sosial. Namun terkadang banyak hal yang membuat hati ciut karena
tidak sepaham dengan anggota lain, tidak kompak, atau hal mistis yang membuat
ingin cepat-cepat berlalu.
Dua
angkatan bergabung untuk pengabdian di Kabupaten Sumedang. Empat kelompok
dibagi menjadi dua yakni dua di desa Cimanggung, lainnya di Tegalmanggung.
Cimanggung lokasinya masi dekat dengan kota, sehingga terbilang ramai dan padat
penduduk. Sedangkan Tegalmanggung agak naik ke bukit dan kanan kiri hektaran
kebun jagung, kacang, singkong, dan pohon-pohon besar.
Saya
dan 20 mahasiswa lainnya ditempatkan di Desa Tegalmanggung di posko 3. Karena
baru pertama kali ke sana, saya mengamati sekitar. hanya ada beberapa rumah di
pinggir jalan, rumah di bawah sana pun masih sangat sedikit, selebihnya kebun. Sepi
sekali, sebagian rumah sudah modern sebagian lagi masih asri dengan rumah
panggungnya. Udara segar, sejuk, kala pagi dan malam sangat dingin.
Hari
pertama, kami disibukan bebenah posko, kebetulan rumah yang kita sewa merupakan
rumah seorang kepala dusun di sana jadi sungguh memudahkan untuk mendapat
informasi dan bantuan untuk pelaksaan KKN ini.
Rumahnya
cukup besar, sepertinya ini dua rumah yang jadi satu, yakni depan dan belakang.
Para ladies menempati ruang depan sedangkan laki-laki di belakang. Pemilik rumah
pun di belakang. Di sana hanya ada dua kamar, depan dan belakang. Depan di
gunakan untuk menyimpan barang atau pakaian sedangkan tidur di ruang tamu.
Begitupun
di ruang belakang, kamar dipakai Bapak kepala dusun dan istri sedangkan para lelaki
tidur di ruang tv. Di halaman belakang terdapat balong kecil yang berisi ikan
dan sawah. Panorama di sini keren sekali.
Namanya
tinggal dirumah dan desa orang memang kadang bikin nggak nyaman, pengennya
pulang terus. nah suatu ketika, malam mistis itu tiba. Jumat malam, kita semua
melakukan evaluasi di ruang depan hingga larut. Evaluasi ditemani teh hangat
dan kacang rebus pemberian pemilik rumah.
Semua
berjalan lancar seperti hari sebelumnya, namun tepat pukul 11.00 WIB rapat
ditutup. Sebagian masih mengobrol dan sebagian bersiap untuk tidur. Namun ketika
semua laki-laki bergegas meninggalkan ruang depan, pintu sudah tertutup dan
hening. Semua persiap untuk tidur di kasur lantai yang disusun berdampingan
tepat di pintu dan jendela ruangan.
Hening,
tetiba ada suara mengetuk. Semua mendengar tapi enggan untuk membuka. Akhirnya mengintip
dari gorden jendela, sepi. Makin menjadilah rasa takut kita, ehh tetiba dari
pintu tengah terdengar suara tertawa para lelaki yang berhasil menakut-nakuti
kita.
Seorang
teman membuka pintu sebut saja Yuli, dan saya buntuti. Niat hati ingin menegur
mereka untuk tidak melakukan hal-hal seperti itu karena sudah larut. namun baru
saja membuka pintu, Yuli berteriak sambil menunjuk. Dia tidak mengatakan apapun
yang saya lihat hanya ketua kelompok dan dua anggota lainnya yang masih
mesem-mesem.
Yuli terjatuh lunglai dan terduduk. Saya buru-buru merangkulnya. “Kenapa Yul?” “Ada nenek-nenek” dia nagis dan pingsan.
Yuli digotong ke kasur. Kami semua berkumpul di ruang tidur perempuan. Terlihat Yuli meneteskan air mata kami hanya bisa membalurkan minyak angin agar dia sadar. Tetiba
dia bangun dengan ekspresi kaget sambil menunjuk-nunjuk ke arah kiri tepat di
belakang ketua kelompok. Kami berusaha untuk menenangkan namun bukannya tenang
dia seperti orang ngelantur dan garang.
Dia
sudah kerasukan, entah sih dia kerasukan atau bagaimana. Pastinya dia berusaha
untuk mengusir sosok yang katanya nenek-nenek di dekatnya. Tenaganya semakin
kuat, meronta-ronta, bahkan saya kewalahan bahkan kerudung dan rambutnya
dijambak olehnya. Kami terus menenangkan sambil membacakan ayat kursi secara
bersama. Mata dia melotot dan sangat ketakutan namun sekali dia tersenyum.
Ayat
kursi, kalimat istighfar, dan lantunan ayat suci Al Quran begitu menenangkan. Kemudian
Ibu kades beserta istrinya masuk dan membantu kami menyadarkan Yuli. Posisi saya
masih merangkul dia, sambil membisikan istighfar. Dia pun kembali tidak
sadarkan diri selama beberapa menit.
Kondisi
sudah mulai tenang, salah satu anggota menceramahi anggota yang jail. Sebagian masih
mengaji, dilihat sudah pukul 01.00 dini hari. Mata masih melek dan rasa takut
masih menghantui. Bahkan ketika hendak ke kamar mandi pun harus diantar.
Begitu
sadarkan diri, Yuli kembali menangis dan meminta tidak ada pojokan yang kosong. Akhirnya
setiap pojok kami isi dengan barang-barang. Printer kami geser ke pojok dekat
jendela, posisi tidur semakain dirapatkan, setiap jendela ditaru bawang putih
(entah saya kurang paham soal ini dan baru tahu). Pukul 02.00 WIB kita kembali
tidur, namun tetap dengan hati yang was-was dan horror.
Paginya Yuli bercerita lebih detail. Kalau malam itu dia melihat sosok perempuan tua
tepat di punggung ketua kelompok. Kemudian nenek itu mendekat dan dia tidak
kuasa untuk melihatnya. Kemudian ditengah terjadinya kerasukan atau bagaimana,
dia hanya mengingat ayahnya yang sudah tiada beberapa bulan lalu.
Dilain
kesempatan, ketua kelompok bercerita bahwa sebelum kejadian malam itu , sorenya
dia telah berkunjung ke posko 1. Dimana di sana sudah geger terlebih dahulu
soal penemuan sesajen di kamar tertutup yang mereka tinggali. Nah ketua
kelompok kami dan beberapa anggota posko dua masuk dan (katanya) menyentuh
sesajen itu. Namun entahlah, yang pastinya jin dan manusia memang ada dan telah
diciptakan oleh-Nya.
0 komentar