Banjir, Siapa yang pantas disalahkan?
![]() |
Puing puing yang terbawa arus saat banjir bandang di Cicaheum, Bandung/sifathlist (dok. 2018) |
Banjir, Siapa yang pantas disalahkan?
Pertanyaan nyeleneh ini memang tidak pantas terucap dari bibir manusia. Kenapa? Soal banjir tidak harus saling menyalahkan. Kita semua berperan mengirim atau mendatangkan bencana itu. selain kuasa Tuhan, yg menegur insannya dengan adanya bencana tapi ini karena ulah manusia yang tidak pernah menghargai kebaikan alam-Nya.
Kok bisa? Bisa dong.
Alam, hakikatnya memberi banyak manfaat bagi manusia. Misal tanah yang lapang bisa dijadikan tempat untuk mendirikan rumah, sekolah, rumah sakit, gedung, pabrik, dan lainya. Kemudian pohon hutan kehadirannya bisa untuk cadang oksigen kita agar terus terbaharui secara simultan, buahnya ya bisa kita makan atau dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sungai mengalir bisa diolah menjadi air bersih, terdapat ikan yang bisa dipancing secara gratis untuk makan malam nanti.
Tapi lihat, apa balasannya? Kita sangat rakus. Tiap sudut tanah dihakmilikkan, dibangun gedung, rumah hingga tak menyisakan sedikit pun untuk bernapas. Pohon dikorbankan, ditebang dijadikan perabot, logistik, banyak lainnya. Lalu sungai kita kotori, limbah di mana-mana, sampah rumah tangga, plastik-plastik berserakan hingga membuat aliran sungai tersumbat bahkan warnanya tidak lagi jernih dan bau.
Siapa yang salah? Pemerintah kah? Atau warganya?
Saya kira, ini salah kita bersama.
Kita harus mengakui, bahwa ini kesalahan yang kita buat, maka dengan cepat diperbaiki. Tidak perlu menyalahkan pemerintah yang kita anggap tidak becus memimpin. Bagaimana dengan peran kita sebagai warganya? Sama saja.
Kritik sangat dibutuhkan namun tidak untuk menyalahkan satu pihak. Pemerintah sang pemimpin sudah berupaya untuk menghalangi banjir datang tiap musimnya namun apadaya, lagi-lagi kita melakukan kesalahan secara berulang.
Sudah tahu proyek tumpukan beton akan menyumbat penyerapan air ke tanah masih saja dilakukan, buang sampah ke sungai atau sembarang tempat akan jadi masalah ketika musim hujan eh tetap dilakukan. Drainase ditutup, ruang terbuka hijau dipersempit, sungai dicemari, sampah dibiarkan, hobi menggunakan plastik sekali pakai, ahh sudahlah semua sudah dibahas sejak pertama adanya banjir.
Masalah banjir ini menjadi tanggung jawab kita semua, ya pemerintah dan khalayak. Kita harus menerapkan komitmen yang tinggi karena itu akan berdampak pada kita. Bukan sekedar masalah genangan di mana mana, tapi banjir juga bisa melumpuhkan perekonomian daerah dan keluarga. Lainnya datangnya penyakit saat banjir, kerugian meteriil yang cukup besar apalagi terjadi setiap tahun.
Yuk kita saling menjaga lingkungan. Masih ingat nggak, trik menjaga kebersihan zaman sekolah dasar?
“Sampah milik sendiri sementara disimpan di saku/tas/tempat khusus masing-masing, kalau udah ketemu tong sampah baru dah dibuang”
Semoga kalian masih ingat. Ini sangat sederhana Cuma dampaknya sangat terasa. Bayangin aja kalau sejak dini sudah dibiasakan tidak membuang sampah sembarangan akan tumbuh rasa menyesal ketika melanggarnya. Kalau satu orang emang gak akan banyak dampaknya tapi kalau semua orang konsisten dengan trik ini, saya yakin banjir atau masalah sampah terutama plastik bisa diminimalisir.
Sebenarnya mau komen soal banjir Jakarta di awal 2020 hanya saya tidak terlalu paham soal wilayah dan kebijakan di sana. Oh ya bukan cuma Jakarta tapi Jabodetabek, Lebak Banten, Bandung, dan wilayah lainnya juga tengah dilanda banjir.
Harapannya sama seperti kebanyakkan orang, cepat surut dan tidak ada lagi drama banjir. Mari sudahi kesedihan ini dengan berkolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat, orang tua dengan anak, guru dengan murid, bos dengan karyawannya untuk disiplin mengusir datangnya banjir.
Jadi sudah ya, nggak usah diterusin bacot atau nyinyiran saling menyalahkan, kita atasi secara bersama-sama.
Saya juga punya masukan nih buat pemerintah atau pemimpin pusat dan daerah. Kan biasanya (baca: yang saya lihat) gerak karena sudah terjadi. Misal musim penghujan, banjir udah deh itu jor-joran sekuat tenaga mengerahkan pasukan untuk menahan atau memarkirkan air biar tertib masuk ke sungai. Kemudian ketika musim kemarau juga sama, kekurangan air pasukan kembali dikerahkan untung menyalurkan tank tank air ke warga.
Gini aja, solusi atau upayanya dibalik. Ketika musim hujan, kita tetap waspada masalah yang datang saat itu tapi juga fokus ketika nanti musim kemarau. Musim hujan kan air melimpah nah ditabung tuh buat musim kemarau, tanam pohon, dan lainnya.
Nah kalau lagi musim kemarau juga sama waspada kekeringan, kebakaran, dan lainnya tapi juga pikirkan untuk musim hujan. Misal pengerukan kali, gorong-gorong dibersihkan, buat ruang terbuka hijau (tempatnya aja dulu), renovasi, normalisasi, dan lainnya.
Jadi ketika musim hujan atau kemarau tiba ya semua terkendali, kita sudah menyambut kedatangannya dengan baik. ehh bukan menyambut bencananya tapi musimnya. Kita sudah siap menghadapi dua musim ini dengan aman dan nyaman.
Ehh apa selama ini juga udah dilakukan? Semoga saja begitu. Tapi selama ini saya sering lihat dan dengar kita hanya fokus pada keadaan atau situasi kondisi saat itu saja tidak memikirkan yang akan datang.
Contohnya yang sudah disampaikan, harusnya gorong-gorong dibersihkan, sungai dikeruk saat musim kemarau biar pas hujan si air sudah nyaman di tempatnya. Pas musim hujan air melimpah, dibuang sia-sia ehh pas kemarau dicari sampai ke mata air.
Saya akui, modal bacot begini emang tidak menyelesaikan masalah. Setidaknya saat ini saya bersyukur sedang diingatkan soal manfaat saling menjaga lingkungan. Tapi upaya ini tidak bisa dilakukan secara mandiri jadi ya mau tak mau dishare. Siapa tau kan, ada yang kerkenan ikut saling menjaga.
Semoga tulisan agak panjang ini tidak semua isinya omong kosong, berharap ada satu dua kalimat yang bermanfaat. Gitu aja sih,oh ya kelupaan mau ucapin terima kasih sama kalian yang masih melakukan trik kebersihan sederhana zaman SD sampai hari ini, semoga tetap konsisten dan ditularkan kepada juniormu (baca: anak).
Menanam pohon, bunga juga sangat membantu untuk meminimalisir datangnya banjir, membuat biopori, dan hal positif lainnya.
Kalau ada kalimat yang salah boleh dicoreksi, kalimat agak bacot dan nge-gass mohon jangan dihujat ya hehehe. Atau kalau kalian punya solusi saran upaya agar untuk menyudahi masalah banjir boleh share atau komen panjang di bawah. Diterimaken dengan senang hati.
0 komentar