Tahura Djuanda Bandung, Jelajah 6 Wisata Alam Dalam Satu Lokasi
![]() |
(Foto: Tebing Keraton/sifathlist) |
Satu semester lebih dunia hidup dalam kondisi pandemi. seluruh kegiatan dibatas dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Bosen kan, di rumah aja? Udah gitu enggak bisa berkumpul secara bebas. Ya, sabar. Ini ujian yang harus kita hadapi.
“Sesungghunya sesudah kesulitan ada kemudahan”
Eits, jangan putus asa. Tidak bisa kemana-mana, bukan berarti tidak bisa hangout dan berwisata. Vacation kali ini akan berbeda dan unik dari biasanya. Karena bisa pilih cara aman yakni berwisata secara virtual. Bisa cek youtube, blog, atau media sosial lainnya yang menyediakan konten wisata.
Sebetulnya pemerintah pun sudah mengizinkan tempat wisata buka dan dikunjungi, namun bagi kamu yang masih ragu dan mager karena ribet, wisata virtual jadi alternatif. Kuy, kita bahas soal wisata alam di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Dago, Bandung.
Baca juga: Tahura Djuanda Bandung, Menyerap Energi Hutan Sambil Olahraga Saat Weekend
1. Diresmikannya Tahura
Taman hutan raya ini ada sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Kala itu menjadi taman terbesar yang awalnya sebagai hutan lindung Pulosari dengan luas 590 ha. Pada 1912 bersamaan dengan pembangunan terowongan penyadapan air Sungai Cikapundung atau sekarang lebih hits disebut Gua Belanda yang diresmikan pada 1922.
Sejak itu, beberapa kali perubahan nama. Pada 1985, Mashudi, Ismail Saleh sebagai pribadi dan Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status hutan menjadi Taman Hutan Raya. Usulan tersebut diterima Presiden Soeharto melalui keputusan presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985. Kemudian dilakukan peresmian Tahura Djuanda pada 14 Januari 1985 bertepatan dengan hari lahir Ir. H. Djuanda. Ini pun menjadi taman hutan raya pertama di Indonesia.
2. Gua Belanda
Dari pintu masuk sekitar 500 meter terlihat adanya Gua Belanda. Sebagai peninggalan ppada zaman kolonial Belanda. Pada awal 1901 dibangun untuk perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga air. Kemudian direnovasi dengan menambah lorong dan koridor dalam gua pada tahun 1918.
Gua ini strategis dan tersembunyi, sehingga dimanfaatkan sebagai markas militer pada saat perang dunia II. Dalam terowong itu dibangun gua sebanyak 15 lorong dan dua pintu masuk setinggi 3,2 meter. Selain itu pun di dekat gua dibangun semacam pos untuk mengawasi situasi sekitar.
3. Gua Jepang
Gua Jepang ini letaknya paling dekat dengan pintu masuk, sekitar 300 meter-an dan tidak jauh dari Gua Belanda. Dibangun pada tahun 1942 oleh militer Jepang untuk dijadikan barak militer dan perlindungan.
Gua ini memiliki 4 pintu masuk dan dua lubang penjagaan. Terdapat 18 bunker sebagai tempat pengintaian, penembakan, ruang pertemuan, dapur, dan gudang. Di gua Jepang ini pun, masyarakat Indonesia bekerja dan dipaksa atau romusa.
4. Tebing Keraton
Untuk Tebing Keraton sendiri letaknya cukup jauh dari pintu masuk. Bahkan pintu masuknya pun berbeda dengan Tahura namun maasih dalam satu kawasan.
Pemandangan di sini sangat indah, para pengunjung bisa menikmati sunrise dan kabut tebal. Tebing Keraton berada di ketinggian 1200 mdpl. Panorama hutan pinus dan lurus dengan pemandangan gunung Tangkuban Perahu. Tempat ini cukup hits di kalangan anak muda karena instagramable banget.
5. Curug Omas
Ada keindahan tersembunyi di tengah hutan. Terdapat curug dengan ketinggian 30 meter dan kedalaman 10 meter. Curug Omas adalah titik pertemuan dari dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun.
Nah, uniknya di atas air terjun terdapat jembatan gantung. Jembatan ini untuk perlintasan para pengunjung sehingga bisa puas melihat air terjun dari atas.
6. Curug Dago
Ada satu lagi yakni Curug Dago, berada di ketinggian 800 mdpl dengan tinggi air terjun 12 meter. Curug ini merupakan warisan alam yang terbentuk dari aliran lava letusan Gunung Tangkuban Perahu pada zaman dulu.
Di sana terdapat dua prasasti peninggalan Raja Siam yang pernah berkunjung yakni Prasasti Chulalangkom dan Pradjathipok yang ditulis menggunakan aksara Thailand.
7. Penangkaran Rusa
Tahura juga terdapat penangkaran rusa, jadi bagi kalian yang suka dengan binatang bisa nih mampir ke sini. Tidak perlu khawatir tersesat atau sulit menemukan tempat ini karena dari pintu masuk hingga ke luar disediakan papan petunjuk jalan berwarna cerah. Jadi kapan mau ke sini?
Secara virtualnya saja sudah seru, apalagi, kalau langsung berkunjung ke Tahura. Pasti betah berlama-lama di tengah hutan. Dalam situasi pandemic saat ini, jika tidak begitu mendesak lebih baik ditunda dan recanakan berwisata setelah pandemi. Ini untuk kebaikan semua agar Indonesia bisa lekas pulih dan kita hidup normal kembali.
0 komentar